Hari ASYURA
Puasa hari Asyura adalah kaffarat satu tahun
فَلِكُلِّ وَقْتٍ مِنْ هَذِهِ الْأَوْقَاتِ
كَرَامَاتٌ جَعَلَهَا اللهُ تَعَالَى لِهَذِهِ
الْأُمَّةِ تَكْفِيرًا لِذُنُوبِهِمْ ، وَتَطْهِيرًا لِخَطَايَاهُمْ
(Dengan demikian),maka setiap waktu ini mempunyai karamah yang
dijadikan oleh Allah Ta’ala bagi umat ini sebagai penebus dosa-dosa mereka dan
mensucikan kesalahan-kesalahan mereka
فَصْلٌ) وَاخْتَلَفُوْا فِيْ أَيِّ يَوْمٍ هُوَ مِنَ الْمُحَرَّمِ
(Fashal)
Ulama berbeda pendapat mengenai pada hari keberapa Asyura pada bulan Muharram
فَقَالَ أَكْثَرُهُمْ اَلْيَوْمُ الْعَاشِرُ مِنَ
الْمُحَرَّمِ وَهُوَ الصَّحِيْحَ لِمَا تَقَدَّمَ
Mayoritas ulama berpendapat bahwa Asyura adalah hari
kesepuluh bulan Muharram
Itu adalah yang shahih, karena keterangan yang lalu
وَقَالَ بَعْضُهُمْ هُوَ الْحَادِيَ عَشَرَ مِنْهُ
Sebagian Ulama mengatakan: Asyura ialah hari kesebelas
(tanggal sebelas) Muharram
وَنُقِلَ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا أَنَّهُ التَّاسِعُ مِنْهُ
Dan dinukil dari Aisyah –radhiyallaahu ‘anhaa- ,
bahwasanya Asyura adalah hari kesembilan (tanggal sembilan)
Muharram
وَعَنِ الْحَكِيْمِ بْنِ الْأَعْرَجِ أَنَّهُ سَأَلَ ابْنَ عَبَّاسٍ
رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا عَنْ أَيِّ يَوْمٍ يُصَامُ عَاشُوْرَاءُ فَقَالَ إِذَا
رَأَيْتَ هِلَالَ الْمُحَرَّمِ فَاعْدُدْ ثُمَّ أَصْبِحْ صَائِمًا مِنْ
تَاسِعِهِ
فَقُلْتُ أَكَذَلِكَ كَانَ يَصُوْمُهُ مُحَمَّدٌ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ قَالَ نَعَمْ
Dari al Hakiem bin al A’raj bahwasanya dia bertanya kepada
Ibnu Abbas radhiyallaahu ‘anhumaa tentang hari keberapa dilakukan puasa
Asyura ?
Ibnu Abbas menjawab: Jika kamu melihat
hilal dari bulan Muharrom, hitunglah, kemudian pada hari kesembilannya,
berpuasalah. Aku bertanya kembali: Apakah demikian nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam
melakukan puasa Asyura? Ibnu Abbas menjawab: Ya
Catatan:
Diatas, riwayat disebutkan dari al Hakiem bin al
A’raj. Dalam Shahih Muslim (3/151, maktabah syamilah) riwayat dari al Hakam bin
al A’raj
Berikut sanad dan matannya:
وَحَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِى شَيْبَةَ حَدَّثَنَا وَكِيعُ
بْنُ الْجَرَّاحِ عَنْ حَاجِبِ بْنِ عُمَرَ عَنِ الْحَكَمِ بْنِ
الأَعْرَجِ قَالَ انْتَهَيْتُ إِلَى ابْنِ عَبَّاسٍ - رضى الله عنهما -
وَهُوَ مُتَوَسِّدٌ رِدَاءَهُ فِى زَمْزَمَ فَقُلْتُ لَهُ أَخْبِرْنِى عَنْ صَوْمِ
عَاشُورَاءَ. فَقَالَ إِذَا رَأَيْتَ هِلاَلَ الْمُحَرَّمِ فَاعْدُدْ
وَأَصْبِحْ يَوْمَ التَّاسِعِ صَائِمًا. قُلْتُ هَكَذَا كَانَ
رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَصُومُهُ قَالَ نَعَمْ.
Wallaahu A’lam
فَصْلٌ) وَنَذْكُرُ مِنْ فَضَائِلِ يَوْمِ عَاشُوْرَاءَ أَنَّ
الْحُسَيْنَ بْنَ عَلِيٍّ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُمَا قُتِلَ فِيْهِ
(Fashal)
Kami akan menuturkan sebagian dari fadhilah hari
Asyura.
Sesungguhnya al Husain bin Ali –radhiyallaahu ta’alaa
‘anhumaa- dibunuh didalam hari Asyura
رُوِيَ عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيْ
مَنْزِلِيْ إِذْ دَخَلَ عَلَيْهِ الْحُسَيْنُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ
فَطَالَعْتُهُمَا مِنَ الْبَابِ وَإِذَا اَلْحُسَيْنُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَلَى
صَدْرِ النَّبِيِّ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَلْعَبُ وَفِيْ
يَدِ النَّبِيِّ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قِطْعَةٌ مِنْ طِيْنٍ
وَدُمُوْعُهُ تَجْرِيْ
Diceritakan dari Ummi Salamah –radhiyallaahu ‘anhaa- beliau
berkata:
Adalah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam didalam
rumahku, tiba-tiba masuklah Husain radhiyallaahu ‘anhu kepada beliau.
Maka aku memandang keduanya dari pintu.
Saat itu Husain radhiyallaahu ‘anhu bermain-main diatas dada Nabi
shallallaahu ‘alaihi wasallam, sementara ditangan Nabi shallallaahu
‘alaihi wasallam ada sebongkah tanah, dan air mata beliau mengalir
فَلَمَّا خَرَجَ الْحُسَيْنُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ دَخَلْتُ إِلَيْهِ
فَقُلْتُ بِأَبِيْ وَأُمِّيْ يَا رَسُوْلَ اللهِ طَالَعْتُكَ وَفِيْ يَدِكَ
طِيْنَةٌ وَأَنْتَ تَبْكِيْ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
لِيْ لَمَّا فَرِحْتُ بِهِ وَهُوَ عَلَى صَدْرِيْ يَلْعَبُ أَتَانِيْ
جِبْرِيْلُ عَلَيْهِ السَّلَامُ وَنَاوَلَنِيْ اَلطِّيْنَةَ الَّتِيْ
يُقْتَلُ عَلَيْهَا فَلِذَلِكَ بَكَيْتُ
Dan ketika Husain radhiyallaahu ‘anhu sudah keluar, maka akupun
masuk kepada beliau, maka aku berkata: “Dengan bapakku dan dengan ibuku
(kalimat penebusan.Pen) aku melihat engkau, ditangan engkau ada tanah sambil
engkau menangis, maka beliaupun bersabda kepadaku: “Ketika aku bersuka-cita
dengannya sementara dia diatas dadaku sambil bermain-main, maka datanglah
Jibril ‘alaihissalaam kepadaku. Dia memberiku tanah yang mana dia akan dibunuh
diatasnya, maka karena itulah aku menangis.
(Tambahan dari Penulis)
Dalam kitab Nuuruzhzhalaam karya Syeikh Nawawi al Bantani
halaman 35
وَرُوِيَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
أَعْطَاهَا اَلْقَارُوْرَةَ الَّتِيْ فِيْهَا تُرْبَةُ مَقْتَلِ الْحُسَيْنِ
وَتُركِتْ عِنْدَهَا
Diceritakan, sesungguhnya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi
wasallam memberinya (Ummu Salamah) sebuah botol yang didalamnya ada
tanah tempat dibunuhnya Husain. Botol tersebut ditinggalkan
disisinya
وَذَلِكَ لَمَّا جَاءَهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
جِبْرِيْلُ وَأَخْبَرَهُ أَنَّ الْحُسَيْنَ مَقْتُوْلٌ فِي هَذَا
التُّرَابِ وَأَرَاهُ مِنْ تُرْبَةِ الْأَرْضِ الَّتِيْ يُقْتَلُ فِيْهَا
وَشَمَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَلِكَ التُّرَابَ فَقَالَ وَيْحَ
كَرْبَلَاءَ وَقَالَ لَهَا إِذَا صَارَ هَذَا التُّرَابُ دَمًا فَقَدْ قُتِلَ
اِبْنِيْ اَلْحُسَيْنُ
Hal itu adalah ketika Jibril mendatangi Nabi shallallaahu
‘alaihi wasallam dan dia mengkhabarkan beliau bahwasanya Husain akan
dibunuh diatas tanah ini, dan dia (Jibril) memperlihatkan kepada beliau dari
tanahnya bumi dimana Husain akan dibunuh diatasnya, dan beliaupun
mencium tanah tersebut seraya berkata: “Celaka Karbala !”
Dan beliau berkata kepada Ummu Salamah: “Jika tanah ini sudah menjadi darah,
maka anakku, Husain dibunuh.”
فَانْتَبَهَتْ وَقَالَتْ لِجَارِيَتِهَا اِذْهَبِيْ إِلَى
السُّوْقِ فَانْظُرِيْ مَا الْخَبَرُ فَرَجَعَتْ إِلَيْهَا الْجَارِيَةُ
وَقَالْتْ قُتِلَ الْحُسَيْنُ بْنُ عَلِيٍّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ
Dan (ketika dilihatnya tanah menjadi darah) maka
terperanjatlah Ummu Salamah. Dia berkata kepada budak perempuannya: “Pergilah
engkau kepasar. Lihatlah ada berita apa (disana).”. (diapun pergi kepasar) dan
pulanglah dia ke Ummu Salamah. Dia berkata: Husain bin Ali radhiyallaahu
‘anhu dibunuh.”
Selesai kutipan dari kitab:
اَلْغُنْيَةُ لِطَالِبِيْ طَرِيْقِ الْحَقِّ عَزَّ وَجَلَّ karya
Sulthanul Auliya Asy Syaikh ‘Abdul Qaadir al Jiilaani radhiyallaahu
‘anhu
Dalam kitab Fat_hul Mu’in diterangka
وَ ) يَوْمُ ( عَاشُوْرَا
Dan disunnahka
Asyura ialah hari kesepuluh Muharram.
Karena berpuasa Asyura menghapus tahun yang lewat sebagaiman
وَتَاسُوْع
فَمَاتَ قَبْلَهُ
Dan disunnahka
Tasu`a ialah hari kesembilan
Karena khabar Imam Muslim:
“Sungguh jika aku masih hidup hingga tahun depan , sungguh-su
Baliau wafat sebelumnya
وَالْحِكْم
Hikmah berpuasa Tasu’a bersama Asyura adalah menselisih
Oleh karenanya bagi orang yang tidak berpuasa Tasu’a agar berpuasa hari kesebelas,
Didalam kitab al Umm (diterangk
Tidak apa-apa menyendiri
وَأَمَّا أَحَادِيْث
Adapun hadits-had
Dalam kitab I’anatutht
( قَوْلُهُ وَأَمَّا أَحَادِيْث
Ucapan Mushannif:
Adapun hadits-had
فِي النَّفَحَا
Didalam kitab An Nafahat An Nabawiyyah
قَالَ الْعَلَّام
Al Allamah al Ajhuri berkata: Adapun hadits bercelak, Imam Hakim berkata bahwa itu hadits munkar. Sementara Imam Ibnu Hajar berpendapa
Bahkan sebagian ulama Hanafiyyah
قَالَ وَقَالَ الْعَلَّام
Al Allamah Al ajhuri berkata:
Al Allamah Shahib kitab Jam’utta’a
قَالَ الْعَلَّام
وَمَنْ اِغْتَسَلَ
Al Al Allamah Al Ajhuri berkata: Sungguh aku telah bertanya sebagian imam hadits dan fiqh mengenai bercelak, memasak biji-bijia
Demikian juga apa yang dikatakan:
“Barang siapa bercelak pada hari Asyura maka tidak akan sakit matanya”
dan:
"Barang siapa mandi pada hari Asyura maka dia tidak akan sakit”
قَالَ وَحَاصِلُه
Al Allamah Al Ajhuri berkata:
Walhasil, apa yang diriwayatk
0 komentar:
Posting Komentar